Xenobiologi – Ilmu Biologi Alien

Gambar

Pernah ngerasa keranjingan nonton film2 ber-genre science fiction? Mungkin Star Wars, Star Trek, atau bahkan yang terbaru seperti Avatar, dan seri Transformers? Di film2 itu, kita akan disuguhkan dengan pemandangan di mana makhluk asing (alias: alien) itu hidup berdampingan dengan manusia atau manusia sudah cukup maju untuk mengunjungi “rumah” mereka di planet lain. Lalu, apakah di bayangan kita makhluk2 itu hanya benar fiksi belaka dan dibuat dengan karangan tanpa arah begitu saja? Ups… gak bisa begitu aja!

Gambar hasil pembuatan ulang makhluk bernama Vacuumorph di atas yang saya buat bedasarkan buku dari Dougal Dixon “Man After Man: The Anthropology of The Future” itu pun disebut2 sebagai modifikasi genetika dari manusia masa depan. Sejujurnya saya berpendat bahwa semakin maju peradaban, perubahan yang disebut evolusi itu tidak sekedar hanya ditentukan oleh seleksi alam saja, tapi makhluk yang berotoritas paling tinggi saat itu akan memiliki andil untuk menentukan evolusi makhluk yang dikehendakinya. Contoh nyata di dunia kita adalah jagung. Ribuan tahun lalu, jagung tak lain adalah rumput dengan bulir2 biji seperti… ya seperti rumput. Dengan adanya pemuliaan tanaman seiring berkembangnya pertanian pada manusia selama ribuan tahun, akhirnya kita bisa makan jagung yang punya bonggol besar, berbiji banyak dan besar2 itu. Ini masih contoh mikro, gimana kalo di masa depan kita bukan bermain skala ekstensifikasi lahan antara pantai dan gunung lagi, tapi sudah Bumi dan Mars? Saya yakin bentuknya akan beda sekali. Yak, kembali ke topik!

Alien itu memiliki latar evolusi yang saaaangat beragam di planet mereka masing2. Ya, jujur saya percaya akan keberadaan mereka walau hingga saat ini Project Kepler milik NASA dan SETI masih belum menunjukkan adanya mereka. Tapi wajar lah, dari 900an sistem perbintangan yang ditemukan itu, masih belum signifikan dengan banyaknya bintang di jagat raya ini. Galaksi kita punya miliaran bintang. Galaksi kita adalah satu di antara miliaran galaksi lain di alam raya ini. Saya percaya pasti ada kehidupan lain di luar sana. Di tempat2 yang eksotis di luar sana, entah bergravitasi tinggi, berskala radiasi tinggi, penuh dengan air, beriklim ekstrem, mereka bisa memiliki bentuk yang berbeda2 dan akan maju dengan cara mereka sendiri untuk membangun peradaban.

Kembali lagi ke awal, lalu “xenobiologi” itu apa?? Xenos dalam bahasa Yunani berarti asing, kita tahu dari buku SMU/SMP bahwa bios berarti kehidupan, dan logos berarti ilmu. Dengan kata lain, artinya adalah “ilmu yang mempelajari kehidupan yang asing”, nanti saya akan menjelaskan bahwa kata asing bukan berarti HARUS ada di luar angkasa sana. Dari apa yang selama ini pelajari, fungsi ilmu yang belum tumbuh ini ada 2:

  1. Memperkirakan bentuk makhluk hidup secara multidisiplin ilmu (dengan ilmu yang ada dan melewati metodologi ilmiah) dan estetika (seni) bedasarkan tempat hidup dan perilakunya untuk makhluk hidup yang BISA SAJA tinggal di suatu kawasan di sebuah planet di luar angkasa sana. Contoh: Tayangan dokumenter Alien Worlds/Extraterrestrial: Aurelia & Blue Moon
  2. Memperkirakan perubahan makhluk hidup dari Bumi secara multidisiplin ilmu dan estetika jika mengalami perubahan lingkungan hidup secara ekstrem atau mengalami interaksi dengan zat asing. Contoh: Film seri AlienResidence EvilPrometheus

Dan mungkin ada lagi yang saya belum tahu soal ini. Mungkin pembaca bisa menambahkannya di sesi komentar 😀

Ilmu Xenobiologi, ini berbeda walaupun mirip dengan 2 keilmuan yang sudah ada sekarang:

  1. Astrobiologi (Bahasa Latin: Astra artinya bintang). Ilmu ini mempelajari asal-usul makhluk hidup di Bumi secara kajian astronomi, astrokimia, kimia organik, geologi, dan lain sebagainya. Ilmu ini juga membahas bisa atau tidaknya sebuah planet atau benda angkasa lain untuk bisa ditinggali makhluk hidup ataupun kemungkinan bisa atau tidaknya kehidupan berkembang dari nol di tempat itu. Walau mirip dengan 2 konsep Xenobiologi yang saya bahas sebelumnya, ilmu ini belum membahas secara detail mengenai makhluk hidupnya sendiri, melainkan baru membahas lingkungan makhluk hidup dari apa yang sudah ada di Bumi atau pendekatan2 molekuler dari apa yang sudah ada. Satu kalimat yang saya dapat dari dosen astrobiologi saya, Dr. Taufiq Hidayat: Life as we know it (Kehidupan yang kita ketahui), bukan di luar itu.
  2. Biologi antariksa/Space biology. Ilmu ini sekarang lagi cukup naik daun. Di kampus saya, seorang ilmuwan Dr. Fenny Martha Dwivany (saya biasa panggil, Bu Fenny) sedang menekuni bidang ini. Beliau melakukan pengamatan mengenai bagaimana pisang matang di orbit, tomat berkecambah di orbit, dan semacamnya. Dengan kata lain, ilmu ini mempelajari dampak kehidupan Bumi ketika dibawa ke ruang angkasa. Simpelnya from here to out there (bisa ke ruang angkasa atau mungkin nantinya ke bulan atau planet lain). Xenobiologi tidak membahas titik awal atau jarak dekat dari perubahan makhluk hidup itu, tapi sudah menyentuh titik evolusi dan perubahan2 yang sudah bersifat permanen di luar sana.

Jujur, saya belum sanggup menjelaskan satu2 tentang xenobiologi ini. Sekarang saatnya saya memberi contoh dari apa yang saya baca. Hmmm… buku ini berjudul Life in The Universe terbitan Springer, dan ditulis oleh Dirk Schulze-Makuch dan Louis N. Irwin. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa makhluk hidup autotrof itu bisa saja (di luar sana) bukan mengambil energi dari gelombang elektromagnetik (cahaya tampak) dan kimia saja seperti di Bumi, tapi bisa juga seperti:

  1. Elektromagnetik (cahaya non tampak),
  2. Memanfaatkan panas untuk pergerakan mengikuti gradien suhu, memanfaatkan konveksi untuk gerak intraseluler ataupun ekstraseluler untuk memproduksi energi,
  3. Memanfaatkan energi kinetik, bisa dengan flagella atau silia untuk kemudian diubah jadi energi di dalam sel,
  4. Memanfaatkan gradien osmotik atau ionik lingkungan untuk membantu produksi energi (ATP) di dalam sel
  5. Memanfaatkan medan magnet/gaya Lorentz untuk memisahkan proton dan elektron untuk menjadi sumber energi,
  6. Memanfaatkan gravitasi, gradien tekanan, konfigurasi spin, dan bahkan radioaktivitas.

Itu adalah secara teori. Jika kemudian kita menyentuh ranah seni, kita bisa mencoba memvisualisasikan makhluk2 tadi. Kita lihat satu saja karya seorang seniman: Feed on Sound (http://njoo.deviantart.com/gallery/?offset=72#/d1nz3i1)

Konsep yang ia tawarkan adalah makhluk yang memanfaatkan suara untuk menggetarkan membran di tubuhnya dan menghasilkan energi dari getaran itu. Menarik bukan?

Untuk saat ini ilmu ini masih sebatas ilmu spekulasi yang digunakan untuk membantu ilmuwan memprediksi bentuk kehidupan asing, dan belum maju secara pesat karena tentu saja tidak ada objek spesimen. Iya lah! Kita belum menemukan alien dari luar sana. Tapi tunggu, alien ga berarti dari luar angkasa lho ya. Ada fenomena yang disebut sebagai biosfer bayangan (shadow biosphere), yang dikemukakan oleh Carol Cleland dan Shelley Copley yang menyebutkan sebuah hipotesis bahwa di dalam Bumi kita, ada biosfer tak terlihat (untuk saat ini) yang berisi makhluk2 yang proses biokimianya berbeda dengan kita. Misal, ingat penemuan GFAJ-1 yang punya basa nukleotida berkerangka arsenat? Hah? Belum tau? Google deh sana! Buat saya pun, sebenarnya keberadaan jin itu bisa dijabarkan sebagai makhluk hidup berbasis energi, saat kita adalah makhluk hidup berbasis molekul karbon. Tentu saja, karena mereka energi, kita tidak bisa menyentuh mereka.

Itu dulu mungkin yang penulis bisa berikan (takut kebanyakan). Saya berharap seiring waktu berjalan, ilmu ini bisa semakin wah untuk dipelajari. Oh iya, saya menganjurkan pembaca untuk membaca blog Furahan Biology and Allied Matters (http://planetfuraha.blogspot.com) untuk mempelajari secara simpel atas biomekanika dari alien.

Jika ada pertanyaan, tulis aja di kolom komentar 🙂

Referensi:

Schulze-Makuch, Dirke, & L.N. Irwin (2008). “Life in The Universe”. Berlin: Springer-Verlag

Cleland, C. E. and Copley, S. D. (2005). “The possibility of alternative microbial life on Earth“. International Journal of Astrobiology 4(4), 165-173.

Penulis: Dr. Adhityo Wicaksono

Adhityo Wicaksono, biasa dipanggil, Adhit. Peneliti biologi interdisipliner dari Indonesia. Tukang makan dan berburu meme. Kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk gelar Sarjana Sains (SSi) di bidang Biologi, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk gelar Magister Sains (MSc) di bidang Pemuliaan Tanaman. Juga lulus dengan gelar Ph.D di bidang Teknik Kimia, subjek Biomekanika dan Biomimetika di Åbo Akademi University, Finlandia. Saat ini kerja sebagai Peneliti Pascadoktoral di Dept. Biokimia, Fakultas Sains, Chulalongkorn University, Thailand. Peminat biologi dan molekular biologi tumbuhan, khususnya melalui bidang bioinformatika, omika, dan biologi komputasi. Suka fisika, namun masih stres dengan rumus-rumusnya.

3 tanggapan untuk “Xenobiologi – Ilmu Biologi Alien”

  1. Di luar dugaan, nggak terkesan “freak” dan nggak ngebosenin!. Tulisan ini bikin saya pengen kembali belajar Astrobiologi. Keep it up!

Tinggalkan komentar

Daisies and Weapons Journal

opinions, thoughts, experiences in a simple journal.

Learning The Blues

Be blue, be smart

Bunny Eats Design

Happy things, tasty food and good design

Cooking in the Archives

Updating Early Modern Recipes (1600-1800) in a Modern Kitchen

sapereaude

Go ahead dear Beloved, ping-pong Me as You please..

Mawi Wijna on WordPress

Just another Wijna's weblog

ARief's

just one of my ways to make history

mechacurious

curiosity on mechanical stuff, hobbies, and some more...

ramdhinidwita

Please Correct Me If I am Wrong

Ganarfirmannanda's Blog

Just another WordPress.com weblog

My Life in Europe

because studying abroad isn't always about studying.

Silent Servant's Journey

A Simple Way to Serve The Best

Being Slaved by Figures

one figure at a time

the bakeshop

bread hunter + cycling + travelling + urban ecology + architecture + design

Hari Prasetyo's Blog

Just super stories of my life